Senin, 14 November 2016

Pluralisme Gus Dur, di Tengah Isue Sara

 
Jakarta- (14/11/2016) Nama KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab dipanggil Gus Dur dengan ajaran Pluralismenya beberapa hari terakhir menjadi bahan pembicaraan di berbagai media, terutama setelah Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama tersandung masalah dugaan penistaan agama. Nama Gus Dur dan Pluralisme selalu di sandingkan di sela-sela permasalahan tersebut.

Upaya meneruskan dan memperjuangan pemikiran Gus Dur terus dilestarikan melalui beragam cara tak akan pernah padam, meskipun Presiden ke-4 RI, KH Abdurrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur telah meninggal dunia enam tahun lalu. Namun, beragam cara dilakukan untuk mengenang jasanya melalui beberapa cara. Gus Dur terus dikenang terutama dari ajarannya yakni Pluralisme, Gus Dur mengajak semua masyarakat elemen bangsa untuk saling menghargai dan menghormati tanpa memandang suku, agama, ras, dan golongan seseorang.

Saat menjabat sebagai presiden, Gus Dur menetapkan kebijakan yang mengurangi diskiminasi dan menegaskan bahwa negara memuliakan kemajemukan. Jasa beliau terhadap perkembangan masyarakat dan bangsa yang berlandaskan demokrasi sungguh sangat berarti pada ne
gara Indonesia.

Upaya yang dilakukan keluarga saat ini adalah dengan membangun Rumah Pergerakan atau yang diberi nama dengan Griya Gus Dur di Jalan Taman Hamzah, Jakarta Pusat. Rumah ini sebelumnya merupakan kediaman keluarga KH Abdul Wahid Hasyim, tokoh nasional sekaligus ayah Gus Dur. Kehadiran Griya Gus Dur merupakan wujud dari komitmen untuk mendedikasikan rumah tersebut sebagai rumah pergerakan untuk mewujudkan kemaslahatan umat. Dalam Peresmiannya beberapa bulan yang lalu Griya Gus Dur dihadiri sejumlah tokoh nasional seperti Menko Polhukam Luhut Binsar Panjaitan, Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama, tokoh NU Mustafa Bisri atau yang dikenal Gus Mus, tokoh agama Romo Mudji Sutrisno, Romo Franz Magnis-Suseno, para tokoh lintas agama, dan hak asasi manusia lainnya. "Tempat berkumpulnya orang-orang pergerakan untuk mendialogkan dan mewujudkan berbagai ide demi kebaikan bangsa," kata Alissa Wahid, Ketua Panitia sekaligus puteri pertama Gus Dur.

Basuki Tjahaja Purnama atau yang akrab disapa Ahok berharap, kehadiran Griya Gus Dur dapat membangkitkan kembali nilai-nilai pluralisme dan toleransi beragama. Hal ini lantaran, Ahok menilai, masyarakat Indonesia mulai dikotak-kotakan dengan unsur agama oleh sekelompok orang. "Bangsa ini di tengah persimpangan jalan. Ketika orang dikotak-kotakkan dengan unsur agama," katanya. Ahok mengenang Gus Dur sebagai sosok yang tidak pernah melihat latar agama seseorang. Di mata Ahok, Gus Dur sangat memahami yang dituhankan adalah Allah bukan agama atau kitab.

sumber foto: dok PBNNU.com

Budiman Hendrato  No 15
email: hendratobudiman@gmail.com
Bagian Humas dan Protokol Setda Surakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar