Senin, 14 November 2016

Belajarlah Berbudaya, Dari Motif Batik Surakarta



         


         Surakarta merupakan salah satu kota yang dikenal karena produksi batiknya, terutama batik tulis. Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya “Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. 
            Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki. Batik Surakarta memiliki banyak sekali motif khas dan unik, bahkan motif batik di Surakarta banyak dicari di kalangan pecinta batik. Bukan sembarang motif, karena motif-motif batik Surakarta juga memiliki makna. Bahkan, pada zaman dahulu, tidak semua orang boleh mengenakan batik dengan motif-motif tertentu. Ada pemisahan batik yang hanya bisa dikenakan oleh raja, keluarga kerajaan, dan rakyat biasa. 
             Secara umum, warna soga atau kecokelatan yang menjadi ciri khas batik Surakarta memiliki makna kerendahan hati. Di luar itu, motif batik Surakarta mengandung makna masing-masing. Sebenarnya di Jawa Khususnya di Surakarta jauh sebelumnya telah mengenal kebudayaan yang mengatur tentang kehidupan sehari hari masyarakat sesuai definisi mengenai kebudayaan "kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat". E. B Taylor dalam Soekanto (1996:55). 
            Salah satu motif Batik yang terkenal dan juga merupakan batik asli Surakarta adalah batik dengan motif Sido Asih. Sido Asih berupa garis geometris dengan pola bentuk empat memiliki makna keluhuran. Motif Sido asih dikembangkan setelah masa pemerintahan Paku Buwono IV. Motif Selanjutnya adalah Batik Sido Luhur. Batik Sido Luhur konon diciptakan oleh Ki Ageng Henis, kakek dari pendiiri Kerajaan Mataram. Batik Sido Luhur dibuat khusus untuk anak keturunannya. 
         Harapannya agar si pemakai dapat berhati serta berpikir luhur sehingga dapat berguna bagi masyarakat banyak. Batik yang tidak kalah menariknya adalah Batik Sido Mukti, Sido Mukti berasal dari dua kata yaitu ‘sido’ yang artinya menjadi, dan mukti yang berarti ‘makmur’. Maknanya adalah kemakmuran. Sido Mukti kerap dijumpai dalam acara pernikahan. Beragam motif batik sudah mencerminkan kebudayaan, bahkan berbagai motif batik sudah dibuat dan disesuaikan dengan kondisi. Sudah saatnya kita belajar berbudaya dari motif batik, karena tanah air kita kaya dengan budaya nusantara.

Budiman Hendrato 
Penulis adalah: Calon Pranata humas
bagian humas dan protokol setda surakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar