Jakarta,14 November 2016
Museum Kata Andrea Hirata, dari Sastra
untuk Indonesia
Jakarta,14 November 2016
Giyantoro
Jakarta.Penulis novel Laskar Pelangi Andrea Hirata
mendirikan Museum Kata Andrea Hirata pada 2010.
Siapa
tak kenal dengan novel tetralogi Laskar Pelangi karya
Andrea Hirata? Novel itu menjadi best seller dan diterjemahkan
ke dalam lebih dari 20 bahasa dan diterbitkan di 100 lebih negara.
Untuk
menunjukkan kecintaannya pada sastra, Andrea Hirata mendirikan Museum Kata
Andrea Hirata pada 2010. Museum ini
terletak di Jalan Laskar Pelangi No 7, Desa Gantong, Belitung Timur. Tidak
ada tiket masuk dikenakan bagi pengunjung.
Museum kata dapat ditempuh dengan Jarak 78
kilometer atau sekitar 1 jam 10 menit ditempuh dari Tanjung Pandan dengan
menggunakan mobil. Saat Melalui tetralogi novel Laskar Pelangi,
daerah-daerah seperti Manggar, Gantong, bahkan sekolah doyong SD Muhammadiyah
dikenal. Kisah Ikal dan sepuluh teman Laskar Pelangi-nya bersama Ibu Guru Mus
menjadi abadi di sana. Tak ketinggalan, keindahan dan kekayaan alam, keragaman
budaya, sekaligus ironisme kemiskinan yang mengimpit masyarakat di sana.
Mengenai Museum Kata Andrea Hirata Jangan bayangkan ruangan
besar bertembok, berlantai keramik atau marmer, serta ruangan berpendingin di
Museum Kata. Museum ini dirancang dengan unik, dinamis, sekaligus bersahaja.Unsur
kayu mendominasi sekat-sekat antar ruang di museum ini. Bak pelangi, museum ini
penuh diciptakan warna hingga tiap sudut tidak membosankan. Di rumah ini
pulalah sang pujangga dilahirkan dan menghabiskan masa kecilnya.
Sastra, Lukisan, dan Musik,bagian dari museum kata ini,Berkeliling
museum ini, setidaknya kita bisa melihat kegandrungan Andrea Hirata pada
sastra, lukisan, dan musik. Setiap ruangan dibuat tematik sesuai orang-orang
yang berperan penting dalam hidup Andrea Hirata.Misalnya ruangan ayah, ruangan
Mahar, ruangan Lintang. Tak ketinggalan foto-foto dan cuplikan adegan di film Laskar
Pelangi. Dalam setiap ruangan yang tersaji, ingatan kita akan novel Laskar
Pelangi seakan terpanggil, hidup, dan menjelma.
Pada akhirnya, Andrea Hirata hanyalah anak
Gantong, Belitung Timur, yang sangat mencintai tanah kelahirannya. Ia
menyalurkan kecintaan, kebanggaan, sekaligus kegelisahan hatinya dalam karya
dan museumnya. Mirip dengan novelnya, dalam museum ini
kita seakan diajak untuk tidak takut bermimpi. Ini persis dengan apa yang
diungkapkan Andrea Hirata, “Bermimpilah, karena Tuhan akan memeluk mimpi-mimpi
itu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar