Senin, 14 November 2016
Humas dalam Promosi Perguruan Tinggi Negeri
Humas dalam Promosi Perguruan Tinggi Negeri
Dalam era keterbukaan informasi publik tidak dapat
dipungkiri peran humas memegang peranan penting dalam penyebaran informasi dari
institusi ke publik internal ataupun eksternal. Dan di era sekarang ini persaingan antar perguruan tinggi baik swasta
dan maupun negeri semakin sengit. Perguruan Tinggi Negeri (PTN) tidak boleh
kalah saing dengan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) dalam melakukan strategi
promosi. Universitas swasta gencar dengan promosinya melalui anggaran yang
terbilang tidak sedikit untuk dapat menjaring mahasiswa. Selama ini perguruan
tinggi negeri dianggap mudah untuk mendapatkan mahasiswa sehingga tidak perlu
melakukan promosi yang gencar.
Sehingga hal ini muncul kesenjangan dalam intensitas
promosi antara PTS dan PTN baik di media
cetak maupun televisi. Tapi anggapan seperti itu mulai tergeser. Karena
sekarang masyarakat sudah mulai kritis. Masyarakat sekarang haus akan
informasi. Dengan adanya keterbukaan informasi publik maka segala bentuk
informasi yang dibutuhkan selayaknya diinformasikan kepada masyarakat.
Humas PTN harus
mampu mengolah isu dan menjadikannya media promosi di media massa. Promosi di
media massa tidak harus dengan anggaran biaya yang mahal. Mengolah informasi
dan isu yang berkembang di perguruan tinggi bisa menjadi bahan untuk promosi.
Mengolah keunggulan-keunggulan dan prestasi yang telah dicapai oleh perguruan
tinggi bisa menjadi nilai tambah dalam meningkatkan reputasi perguruan tinggi
di mata masyarakat. Prestasi dan keunggulan tersebut dapat diolah menjadi
berita, advertorial, artikel yang tidak mengeluarkan biaya yang besar. Penelitian-penelitian
mahasiswa atau dosen yang menarik, inovatif, dan menguasai hajat hidup orang
banyak dapat dieksplorasi dan dijadikan promosi perguruan tinggi.
Menjadi humas perguruan tinggi harus kreatif dan
inovatif. Keterbatasan anggaran dalam promosi tidak menyurutkan langkah humas
PTN untuk mempromosikan tentang perguruan tinggi.
Artikel
Tusti Handayani
Humas FIK UNY
TOP SELFIE DI PUNTHUK SUKMOJOYO, MAGELANG
Berkunjung
ke tempat wisata tentu kurang lengkap tanpa adanya dokumentasi. Kalau bahasa
anak zaman sekarang, no pic = hoax. Maka
ngga heran jika kita pergi travelling atau
mengunjungi objek wisata, yang ngga boleh ketinggalan adalah foto selfie di
objek wisata. Nah kalau anda ingin
merekam momen wisata anda di tempat yang kece, Punthuk Sukmojoyo nggak boleh
anda lewatkan!
dok: pribadi
Terletak
kurang lebih 4 km dari Candi Borobudur, Kabupaten Magelang, objek wisata Punthuk
Sukmojoyo kini menjadi incaran wisatawan pecinta alam, terutama anak muda. Selain
ingin menguji adrenalin karena letaknya yang tinggi di puncak, tempat ini juga
menjadi tempat selfie favorit anak
muda. Keistimewaan Punthuk Sukmojoyo ini adalah adanya rumah pohon yang sengaja
dibuat oleh pengelola sebagai tempat berfoto selfie.Para pecinta foto bisa mendapat latar belakang foto yang
sangat menarik dari atas Punthuk Sukmojoyo.
dok :instagram.com
Untuk
mencapai puncak bukit, anda harus mendaki kurang lebih 500 meter dari area
parkir kendaraan. Sepanjang jalan menuju puncak masih betul-betul alami,
berbatu dan licin ketika hujan, jadi anda harus ekstra hati-hati ketika
mendaki. Tapi jangan khawatir, kalau anda lelah, pihak pengelola menyediakan
pos peristirahatan tiap jarak 100 meter.
Kalau
anda penasaran, langsung aja kunjungi objek wisata Punthuk Sukmojoyo yang
terletak di Desa Giri Tengah, Kecamatan Borobudur Kabupaten Magelang. Untuk
memasuki objek wisata ini, anda tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam karena
pihak pengelola tidak menentukan harga tertentu untuk masuk lokasi. Di puncak
bukit ini, anda akan jumpai kotak uang yang boleh anda isi seikhlasnya untuk
membantu pengelolaan objek wisata Punthuk Sukomojoyo. Jangan lupa, pakai sepatu
olah raga atau sandal khusus pendaki gunung agar kaki anda tidak tergelincir
saat mendaki bukit. Dan satu lagi yang nggak boleh ketinggalan adalah kamera
untuk berfoto ria. Selamat berwisata!
Artikel
Fany
Rachmawati
Pranata
Humas Diskominfo Kabupaten Magelang
Menikmati Kota Solo dengan Sepur Kluthuk Jaladara
Steam Loco Jaladara
atau yang disebut dengan Sepur Kluthuk Jaladara sudah beroperasi
sejak 27 September 2009, yang diresmikan oleh Menteri Perhubungan Jusman
Syafi’i Djamal bersama Gubernur Jawa Tengah dan Walikota Solo kala itu Ir. Joko
Widodo di depan Loji Gandrung, Rumah Dinas Walikota Solo. Satu rangkaian kereta
uap Jaladara ini terdiri atas satu lokomotif Seri C 1218 dan dua gerbong
penumpang dengan Seri TR 144 dan TR 16. Lokomotif
kereta uap wisata jaladara ini buatan Negara Jerman pada tahun 1896, diambilkan
dari Museum Palagan Ambarawa, sementara gerbongnya dari Magelang dan Bandung.
Sepur Kluthuk Jaladara dapat membawa maksimal 80 penumpang
dengan biaya paket Rp 3.500.000,00. Cukup mahal memang karena Biaya ini dipergunakan untuk membiayai bahan
bakar berupa lima meter kubik kayu jati dan 3 masinis serta 3 asisten masinis
yang menyalakan kereta tersebut. Harga paket tersebut mendapatkan fasilitas
paket layanan meliputi welcome drink berupa minuman jamu tradisional
dan jajanan pasar, live music tradisional
selama perjalanan, souvenir berupa sampir atau slayer, atraksi kesenian
tradisional seperti reog atau jatilan, pemandu perjalanan, tiket masuk museum
batik serta coffee break.
Satu-satunya di Indonesia, Kereta Api yang
melintasi sepanjang jalan Slamet Riyadi hanya ada di kota Solo ini. Rute yang
dilalui melewati Jalan Slamet Riyadi, jalan utama kota Solo dan
rencananya akan singgah beberapa saat di beberapa tempat perhentian dalam satu
trip pulang pergi, diantaranya adalah Kampung Batik Kauman, Loji Gandrung,
Ngapeman, Pasar Pon, Keraton, Gladak, dan lain-lain. Dan yang paling
unik dari kereta ini adalah suara lokomotif yang muncul karena tekanan uap air,
suaranya sangat nyaring sekali, sehingga pada saat berbunyi maka para penumpang
akan menutup telinga karena nyaringnya suara lokomotif.
Belajarlah Berbudaya, Dari Motif Batik Surakarta
Surakarta merupakan salah satu kota yang dikenal karena produksi batiknya, terutama batik tulis. Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya “Batik Cap” yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini.
Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki. Batik Surakarta memiliki banyak sekali motif khas dan unik, bahkan motif batik di Surakarta banyak dicari di kalangan pecinta batik. Bukan sembarang motif, karena motif-motif batik Surakarta juga memiliki makna. Bahkan, pada zaman dahulu, tidak semua orang boleh mengenakan batik dengan motif-motif tertentu. Ada pemisahan batik yang hanya bisa dikenakan oleh raja, keluarga kerajaan, dan rakyat biasa.
Secara umum, warna soga atau kecokelatan yang menjadi ciri khas batik Surakarta memiliki makna kerendahan hati. Di luar itu, motif batik Surakarta mengandung makna masing-masing. Sebenarnya di Jawa Khususnya di Surakarta jauh sebelumnya telah mengenal kebudayaan yang mengatur tentang kehidupan sehari hari masyarakat sesuai definisi mengenai kebudayaan "kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat dan lain kemampuan-kemampuan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat". E. B Taylor dalam Soekanto (1996:55).
Salah satu motif Batik yang terkenal dan juga merupakan batik asli Surakarta adalah batik dengan motif Sido Asih. Sido Asih berupa garis geometris dengan pola bentuk empat memiliki makna keluhuran. Motif Sido asih dikembangkan setelah masa pemerintahan Paku Buwono IV. Motif Selanjutnya adalah Batik Sido Luhur. Batik Sido Luhur konon diciptakan oleh Ki Ageng Henis, kakek dari pendiiri Kerajaan Mataram. Batik Sido Luhur dibuat khusus untuk anak keturunannya.
Harapannya agar si pemakai dapat berhati serta berpikir luhur sehingga dapat berguna bagi masyarakat banyak. Batik yang tidak kalah menariknya adalah Batik Sido Mukti, Sido Mukti berasal dari dua kata yaitu ‘sido’ yang artinya menjadi, dan mukti yang berarti ‘makmur’. Maknanya adalah kemakmuran. Sido Mukti kerap dijumpai dalam acara pernikahan. Beragam motif batik sudah mencerminkan kebudayaan, bahkan berbagai motif batik sudah dibuat dan disesuaikan dengan kondisi. Sudah saatnya kita belajar berbudaya dari motif batik, karena tanah air kita kaya dengan budaya nusantara.
Penulis adalah: Calon Pranata humas
bagian humas dan protokol setda surakarta
APA YANG SALAH DENGAN WASIT SEPAKBOLA KITA?
Sepakbola. Tak ada habisnya jika bicara tentang sepakbola. Tak bisa dipungkiri lagi bahwa sepakbola adalah olahraga yang paling populer di muka bumi. Termasuk di Indonesia. Sayangnya jika kita coba menilik pada lemari piala negara kita, hanya ada beberapa piala yang terpampang di sana. Itu pun dalam wujud piala –piala tua. Ya. Fakta bahwa sepakbola sebagai olahraga yang paling dicintai tidak berbanding lurus dengan raihan prestasi.
Banyak faktor yang menentukan prestasi. Banyak hal yang bisa dianalisis. Manajemen induk organisasi, kompetisi, pembinaan usia dini, dukungan pemerintah, infrastruktur olahraga, dan masih banyak lagi. Dari hulu ke hilir. General ke spesifik. Atas ke bawah. Primer ke tersier. Terlalu luas untuk dibahas semuanya. Maka dari itu, kali ini saya ingin mengangkat topik yang lebih spesifik. Tentang korps berbaju kuning, wasit.
Ada banyak definisi kata wasit. Tapi definisi secara umum, wasit adalah seorang yang memiliki wewenang untuk mengatur jalannya suatu pertandingan olahraga. Artinya, wasit adalah perangkat pertandingan yang sangat penting dalam olahraga, terlebih lagi sepakbola karena sepakbola adalah olahraga dengan kontak fisik yang melibatkan banyak pemain. Kinerja wasit seringkali mempengaruhi hasil akhir dari sebuah pertandingan. Keputusan memberikan tendangan penalti, keputusan memberikan kartu merah, keputusan seorang pemain dianggap offside atau tidak, keputusan menganulir sebuah gol yang terjadi, adalah sebagian contoh peristiwa kritis yang mempengaruhi skor akhir.
Mari kita coba bandingkan wasit lokal dan wasit Internasional. Jika Anda penggemar olahraga sepakbola dan punya jam terbang tinggi dalam menikmati tayangan-tayangan sepakbola di televisi baik liga lokal maupun liga-liga internasional, saya yakin sekali Anda akan merasakan perbedaan yang sangat mencolok dari keduanya.
Seawam apapun Anda tentang dunia perwasitan, asalkan Anda penggila sepakbola, Anda pasti akan merasakan kenjomplangan itu. Terlepas bahwa dalam beberapa kasus, kinerja wasit di negara-negara utama kiblat sepakbola juga tidak terlepas dari sorotan-sorotan media.
Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk sekedar mencoba membandingkan wasit-wasit kita dengan wasit Internasional pada umumnya. Bisa dari segi penampilan, postur, bahasa tubuh, ketegasan, cara membangun komunikasi dengan pemain, cara koordinasi dengan perangkat pertandingan, dan lain-lain.
Hal sederhana yang sangat mudah dipahami bagi semua orang adalah profesi wasit tentunya memiliki standar baku tentang aturan permainan sepak bola dan tindakan-tindakan yang harus diambil terhadap bentuk-bentuk peristiwa yang terjadi dalam permainan.
Orang awam pun tahu bahwa di seluruh dunia, aturannya sama. Tetapi jika kita melihat kinerja wasit di Indonesia, nampak seperti ada standar ganda yang dipakai. Misalnya dalam contoh kasus pelanggaran keras dengan dua kaki dari arah belakang pemain lawan. Tak bisa ditawar lagi kartu merah harus keluar dari saku sang pengadil. Nampak wasit di Indonesia tiba-tiba menjadi orang yang sangat baik hati pada para pelanggar permainan.
Di Indonesia, seolah-olah para wasit memiliki buku pedoman sendiri untuk mengatur jenis pelanggaran ringan, sedang, dan keras. Kalau standar FIFA mengatakan itu pelanggaran keras, di Indonesia masih bisa dinegosiasi sebagai pelanggaran sedang, ringan, bahkan kadang tidak dianggap sebagai bentuk pelanggaran.
Wasit melunak. Ini yang paling membuat saya merasa gemas. Hal ini tidak terjadi satu atau dua kali, tetapi hampir di seluruh waktu permainan, dan di seluruh pertandingan. Saya pikir ini sangat berbahaya. Selain sebagai sebuah bentuk ketidakadilan, para pemain yang dilanggar juga sangat dirugikan karena risiko cidera yang mungkin didapat juga akan semakin besar. Wasit tidak melindungi karir pemain.
Para pemain yang melakukan pelanggaran seperti ‘diajari’ wasit karena ketika sebuah pelanggaran dilakukan, mereka pasti juga akan mengukur sendiri tindakan hukuman yang diberikan sang pengadil atas tindakan pelanggaran yang dilakukan. Hingga akhirnya mereka berani menakar sendiri batas aman pelanggaran yang boleh dilakukan.
Pada ujungnya ini akan menjadi budaya dalam permainan. Kita seperti telah berhasil menciptakan sepakbola model baru yang cenderung keras dan kasar. Celakanya, ketika hibrida sepakbola ala Indonesia ini dibawa ke kancah internasional, habislah kita. Kita akan melihat ketika tim kita unjuk gigi di turnamen Internasioanl, pemain-pemain dengan begitu mudahnya melakukan pelanggaran, begitu mudah menerima kartu.
Wasit yang selama ini memanjakan mereka kini berubah menjadi wasit yang ‘tanpo tedheng aling-aling’. Wasit tanpa ampun. Sepertinya seram, tetapi kalau kita berfikir objektif, ya begitulah seharusnya wasit, juknisnya memang seperti itu. Pertanyaannya harusnya dibalik, kenapa wasit-wasit di liga kita tidak bisa tampil dalam wujud seperti itu.
Jika pertanyaan tersebut dilontarkan, maka mau tidak mau pola pikir kita akan digiring ke dalam tema-tema dan spekulasi yang lebih luas. Apakah memang murni karena standar kualitas wasit yang masih rendah? Ataukah ada kaitannya dengan isu-isu mafia sepakbola yang selama ini berhembus kencang? Silahkan nilai sendiri!
AGUS DARYANTO
CANDI BOROBUDUR MILIK SIAPA?
ARTIKEL
Candi Borobudur, pastilah orang Indonesia ataupun
mancanegara tidak asing dengan nama ini, tapi nama Kabupaten Magelang, masih
banyak orang yang belum mengetahuinya. Wisatawan asing dan lokal mengenal Candi
Borobudur terletak di Yogyakarta, hal ini sungguh membuat miris pelaku
pariwisata di Kabupaten Magelang.
Hal ini menjadi semakin buruk ketika tidak ada pemasukan
yang signifikan untuk kas Pemerintah Kabupaten Magelang karena tidak adanya
bagi hasil pengelolaan Candi Borobudur kepada Pemerintah Daerah. Seperti yang
tertuang dalam Keppres no. 1/1992, yang menyatakan bahwa menetapkan dan
memungut biaya masuk taman wisata termasuk candi, dan pungutan lainnya atas
pemanfaatan fasilitas yang tersedia di dalam taman wisata dan hasil seluruhnya
merupakan pendapatan Perusahaan Perseroan (PERSERO) PT. Taman Wisata Candi
Borobudur dan Prambanan.
Pendapatan Asli Daerah yang relatif sedikit, semakin membuat
promosi pariwisata di Kabupaten Magelang tak terdengar gaungnya. Secara
otomatis, objek-objek potensial pariwisata di Kabupaten Magelang tidak
terpromosikan secara baik, sehingga tidak dikenal oleh masyarakat luas. Tetapi
hal ini sedikit tertolong dengan maraknya dunia media sosial, dan secara tidak
langsung nama Kabupaten Magelang sedikit terangkat.
Pada tahun ini, ada sedikit angin segar bagi dunia pariwisata
Kabupaten Magelang, hal ini ditandai dengan akan dibangunnya Bandara di
Kabupaten Kulon Progo yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Magelang dan
akan dibentuknya Badan Otorita Candi Borobudur yang dikelola bersama antara
Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kabupaten Magelang. Dengan dilibatkannya
Kabupaten Magelang dalam Badan tersebut, otomatis Kabupaten Magelang akan
mendapat Profit Share dari hasil
pengelolaan pendapatan Candi Borobudur.
Meningkatnya Pendapatan Asli Daerah diharapkan dapat
menaikkan pamor Kabupaten Magelang dalam dunia pariwisata dan mengenalkan tempat-tempat
pariwisata lain yang berada di Kabupaten Magelang. Promosi-promosi kreatif
pariwisata juga harus digencarkan dan sosialisasi kepada masyarakat tentang
kesadaran pariwisata harus terus diberikan. Sehingga ke depan sektor pariwisata
dapat terus menjadi andalan untuk mensejahterakan masyarakat Kabupaten
Magelang.
Oleh :
Rony Gunawan (9)
Langganan:
Postingan (Atom)